Jumat, 08 Januari 2016

Diskriminasi dalam Pendidikan


Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Pendidikan itu tidak saja memainkan peran penting dalam mencerdaskan manusia secara intelektual, tetapi juga merupakan sarana pembentukan sejati berkarakter baik, bermoral, berwawasan luas serta 'penyetaraan'. Hal yang terakhir ini adalah yang paling jarang dibahas. Yang saya maksud tentang 'penyetaraan' disini adalah, adanya peran pendidikan dalam memberikan kesamaan dan kesetaraan manusia dalam hal martabat dan kedudukan sosial di masyarakat. Seperti misal contoh nyata dari jaman kolonial Belanda, perempuan tidak dibolehkan bersekolah agar perempuan tidak bisa melawan pemerintah kolonial Belanda layaknya laki-laki. Namun, ketika Raden Ajeng Kartini berjuang untuk pendidikan kaum perempuan, makan lahirlah kaum perempuan yang diperbolehkan untuk bersekolah dan ikut memperjuangkan untuk melawan Belanda.
Namun, bagaimana jika pendidikan sekarang ini dianggap sebagai sarana meninggikan diri bukan untuk memajukan kesejahteraan bangsa ini? Ketika pendidikan semakin maju, maka pendidikan itu pula semakin mahal. dan ketika pendidikan itu mahal, terjadilah kesimpangsiuran yang mudah terjadi. terutama dalam hal 'penyetaraan'. Misalnya, ketika seorang anak masuk ke dalam jurusan favorit maka timbulah ketidaksetaraan disana. Lalu ketika seorang anak yang orang tuanya adalah seorang pejabat atau gubernur maka timbulah juga ketidaksetaraan disana. Istilah tepat yang lainnya adalah ‘Diskriminasi’. Pendidikan yang seharusnya memiliki tujuan untuk menyetarakan umat manusia, justru malah menjadi sarana untuk menindas dan merendahkan sesama.
Dalam membahas masalah ini lebih dalam, saya mengingat kembali permasalahan kesetaraan dari lingkungan SMA. Pasti sering terjadi diskriminasi didalam pendidikan SMA. Bukanlah fenomena baru tetapi merupakan fenomena lama. Ketika seorang siswa memilih jurusan IPS itu kebanyakan dari pandangan guru, jurusan IPS merupakan jurusan yang tidak sebanding dengan jurusan IPA. Karena para guru kebanyakan mempersepsikan bahwa jurusan IPS itu memiliki masa depan yang suram, karena lapangan pekerjaan yang sedikit dan anak-anaknya nakal juga susah diatur. Sedangkan jurusan IPA dianggap sebagai jurusan dengan anak-anaknya yang cerdas, memiliki masa depan cerah, dan kumpulan anak-anak alim. Padahal tugas dari seorang Guru itu sendiri adalah untuk membantu dalam membentuk karakter seorang siswa didalam dunia pendidikan. Dan tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh kebanyakan para guru dijaman sekarang itu sangatlah TIDAK PANTAS.

Saya mengharapkan bahwa jangan ada lagi diskriminasi dalam dunia pendidikan. Setiap ilmu itu memiliki perannya masing-masing dalam kehidupan manusia, saling melengkapi, sama derajat dan sama pentingnya. Berusaha kembali lagi ke tujuan utama adanya pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan itu untuk kesetaraan bukan penindasan. Hal-hal yang berbau diskriminatif dalam dunia pendidikan tidak selayaknya dipertahankan dan dibudayakan. Hendaknya para pelaku pendidikan bukan sekedar menonton saja, tetapi mulailah reformasi baru dari dalam sendiri dan kepada lingkungan pendidikan disekitar. Agar terciptanya kembali dunia pendidikan yang memiliki kesetaraan yang adil, dan mencapai satu tujuan yaitu untuk mensejahterakan bangsa ini.


Nadya Safira
15321079
B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar